Fasilitasi Diskusi Publik, Wujudkan Transformasi Inklusi di Berau

Fasilitasi Diskusi Publik, Wujudkan Transformasi Inklusi di Berau

TANJUNG REDEB – Sebagai wadah inklusi sosial dan menampung aspirasi masyarakat yang memiliki semangat belajar tinggi Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Berau memfasilitasi berbagai diskusi publik untuk transformasi inklusi di Kabupaten Berau.

Salah satunya seperti diskusi publik, literasi dan filosofi dalam organisasi yang digelar di Perpustakaan daerah, belum lama ini. Yang bekerja sama dengan beberapa komunitas dan yayasan komunitas belajar (Yakobi).

Pustakawan Ahli Muda Dispusip Berau, Titia menuturkan, forum diskusi tersebut akan dilakukan empat kali dalam satu bulan. Pertemuan pertama telah membahas tentang permasalahan dan isu politik, ekonomi, sosial dan budaya yang ada di Kabupaten Berau.

Rencananya, diskusi kedua akan membahan terkait budaya dan globalisasi citizen. “Sasaran kami bisa dihadiri oleh masyarakat umum, selain mahasiswa dan para komunitas,” sebutnya.

Dijelaskannya, fungsi perpustakaan sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat, ruang diskusi publik untuk belajar, dan berkomunitas. Tentu pihaknya menyambut baik segala bentuk kerja sama. Dengan memfasilitasi ruangan dan sarana untuk digunakan oleh pemustaka.

“Fungsi Perpustakaan yang bersifat inklusi untuk semua golongan tanpa memandang usia, ras, agama bahkan untuk kaum rentan difabel dan lansia juga. Wajib memberikan pelatihan ketrampilan atau wadah belajar untuk meningkatkan kesejahteraan,” jelasnya.

Sementara itu, Penanggung jawab Komunitas Eduevent, Zaki Arif menjelaskan, eduevent dibentuk dari kegelisahan dan keresahan yang memiliki generasi muda yang semangat belajar tinggi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan struktural di lokal.

Seperti fasilitas pendidikan yang relatif tertinggal dibandingkan daerah lain, sulitnya memperoleh pekerjaan yang nyaman, sampai ke permasalahan kesenjangan sosial yang dirasakan lainnya.

“Jadi kami adakan forum diskusi ini untuk identifikasi masalah sekaligus mengajak peserta untuk latihan berpikir kritis dan berargumen secara sehat,” terangnya.

Selain itu, tujuannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat. “Kebetulan juga forum pendidikan yang ingin kami buat sejalan dengan proyek transformasi inklusif milik Perpustakaan. Jadi sebagai bentuk kolaborasi saja,” ungkapnya.

Dikatakannya, siapa pun bisa ikut dalam diskusi yang diadakan. Saat ini peminatnya memang lebih banyak dari kalangan organisasi pemuda dan mahasiswa. Harapannya, bisa lebih banyak menarik banyak pihak untuk berkolaborasi dalam diskusi tersebut.

“Kami membuka ruang juga bagi siapapun untuk menjadikan kami sebagai bahan pengisi pengalamannya, apalagi kami sangat kekurangan tenaga,” ungkapnya. (*/aja/arp)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *